Low-code development with Access

Belakangan ini mulai marak orang menyebut “low-code” dalam pengembangan software aplikasi, padahal “orang Access” sudah lama menikmati pengembangan aplikasi dengan sedikit kode pemrograman, bahkan tanpa coding sama sekali (no-code).

Apa sebenarnya “Low-code development” itu?

Menurut Wikipedia, “A low-code development platform (LCDP) provides a development environment used to create application software through a graphical user interface instead of traditional hand-coded computer programming.”

Istilah “low-code” konon mulai disebut di tahun 2011, dan muncul di majalah Forbes pada tahun 2017.

Kalau kita search “low-code” di Google, akan muncul iklan-iklan yang menawarkan platform untuk membuat aplikasi secara low-code. Cara kerjanya: bikin sebuah project dengan mengisi propertiesnya, lalu tentukan field-field data yang ingin digunakan, maka aplikasi untuk mengisi data sudah siap digunakan. Tambahkan beberapa email user yang akan menggunakan aplikasi tersebut, maka user tersebut akan bisa login dan menggunakan aplikasi. Sampai tahap ini, jika aplikasinya sederhana untuk mengisi data saja, maka developer bahkan tidak perlu menambahkan code program sama sekali (no-code).

Apakah sesederhana itu? Jawabnya bisa ya, dan bisa juga tidak.

Jika anda ingin membuat aplikasi yang sudah “standard”, anda bisa menggunakan “template” yang sudah disediakan, misalnya untuk membuat database pelanggan, database karyawan, dan sebagainya. Kita juga bisa mengatur metode untuk verifikasi data yang diinput.

Nah, jika aplikasi yang ingin anda buat mulai rumit, misalnya untuk menghitung payroll, maka anda harus membuat formula-formula untuk menghitung payroll tersebut. Walaupun “low-code” atau tidak mengetik code program seperti pada pemrograman lama, anda tentu harus faham juga tentang alur program, dan memberikan perintah yang tepat agar jalannya aplikasi sesuai dengan keinginan anda.

Mulai Rumit?

Sebenarnya tidak ada yang instan di dunia ini kecuali mi 😊

Oh ya, ada satu lagi, yaitu: Access (hehe).

Ingat saja, “Low-code development” ini mengandung kata “development”. Walaupun iklan penyedia platform low code menyebutkan “anyone with an idea can make powerful apps” tapi yang disebut ‘anyone’ itu adalah developer. Nah, di dunia pengembangan aplikasi secara low-code ini pun ada “expert”-nya. Jadi, ada yang bisa, ada yang ahli, dan tentu ada juga yang tidak bisa.

Low-Code Development dengan Access

Jika anda pernah membuat aplikasi secara pemrograman (coding) lalu menggunakan Access, anda tentu akan bilang bahwa membuat aplikasi dengan Access tidak perlu ngoding.

Langkah-langkah membuat aplikasi dengan Access, misalnya:

  1. Buat table untuk menyimpan data (tidak perlu coding).
  2. Buat form lalu letakkan field-field dari table ke atas form (tidak perlu coding).
  3. Jalankan form lalu isi data. Access otomatis akan menyimpan data ke dalam table, dan menampilkannya jika anda memanggilnya (retrieve). Ini juga tidak perlu coding.
  4. Jika ingin mengolah data, misalnya menghitung jumlah data berdasarkan kriteria tertentu, mencari siapa salesman dengan penjualan tertinggi setiap bulan, anda tidak perlu coding, cukup membuat query.
  5. Jika anda ingin mencetak laporan, tinggal membuat report (tidak perlu coding).
  6. Untuk mengotomatiskan perintah, bisa menggunakan Macro (tidak perlu coding).

Anda hanya perlu melakukan sedikit coding untuk membantu query melakukan kalkulasi yang rumit kalau formulanya ditaruh di dalam query. Anda perlu melakukan sedikit coding kalau anda tidak suka ribet mengendalikan perintah Macro, misalnya di dalam pengkondisian jalannya aplikasi.

Jadi, pengembangan aplikasi dengan Access sebenarnya sudah low-code dari dulu, bukan?

Beda LCDP (Low-Code Development Platform) dengan Access

Apakah sesederhana itu? Jawab: mengapa harus rumit?

Adanya Low-Code Development Platform adalah untuk memudahkan developer dalam membuat aplikasi dengan cara tidak perlu mengetik sendiri semua code yang dibutuhkan. Memang tujuannya untuk menyederhanakan, menghilangkan kerumitan.

Beda LCDP dengan Access antara lain:

  • LCDP web based, sedangkan Access “desktop based” (umumnya).
    Pertanyaannya: apakah aplikasi yang saya butuhkan harus online?
    Aplikasi offline (bukan web based) umumnya berjalan lebih kencang dibandingkan yang online. Aplikasi offline juga lebih leluasa digunakan karena tidak dibatasi oleh web browser yang menerapkan banyak protokol, terutama karena masalah keamanan.
  • Jika anda menggunakan LCDP, anda harus membayar biaya service dari penyedia (berlangganan). Atau anda ingin menyediakan sendiri infranya? Ketika anda mulai membuat aplikasi di LCDP, data anda live di server mereka.

Kesimpulan

Jadi kesimpulannya, jika anda ingin membuat aplikasi secara “low-code” dan tidak harus web based, anda bisa menggunakan Access!

PS: jika anda tidak tahu apa itu “Access”, dulunya dikenal dengan nama “Microsoft Access” atau “MS Access”.

Jika belum tahu kemampuan Access dalam membuat program aplikasi, silahkan lihat-lihat aplikasi-aplikasi di https://software.web.id/listings

Jika ingin belajar membuat aplikasi dengan Access, ada buku tutorialnya:

(klik untuk membuka di Google Books)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *